eeda journey

catatan reportase seorang jurnalis:
pendidikan,hukum,sosial politik, budaya

12:01 PM

Ada Missing Link Penyaluran Anggaran Kesehatan

Posted by Eeda |


SEMARANG- Wagub Jateng Rustriningsih mengakui, ada missing link dalam penyaluran anggaran kesehatan. Dia mencontohkan banyaknya pasien yang dirujuk ke Wisma Kasih Hydrocephalus dari berbagai kab/kota bahkan dari luar Jateng. Padahal, melalui jamkesmas, pelayanan kesehatan di masing-masing kab/kota bisa dilayani. ''Ini disebabkan, sosialisasi yang tidak optimal di kab/kota. Padahal ongkos datang ke Semarang kan besar.''

Hal itu diungkapkannya pada saat mengunjungi wisma yang dikelola desainer kondang Anne Avantie di Jl Sanggung Barat 3B (15/9).
Rustriningsih mengatakan, ada yang janggal/tidak berjalan dengan semestinya jika berkaca dari fakta tersebut. Pasalnya peran pemerintah ada di seluruh pelosok Tanah Air. Dan di tempat itu, pasien ada yang berasal dari NTT, Ambon, dan provinsi lain di luar Jateng. Wagub mengatakan akan melaporkan hal itu ke Menkes RI. Sedangkan yang berasal dari luar Semarang, diharapkan dapat memperoleh pelayanan di daerah masing-masing. Dan tugas pemerintahlah untuk mendekatkan pelayanan ke masyarakat. ''Kalau semua dibawa ke Semarang kan repot, kasihan Bu Anne.''
Rustriningsih yang didampingi Kepada Dinas Kesehatan Jateng Hartanto mengakui apa yang dilakukan Anne untuk membiayai pasien hydrocephalus dan penyakit lain atau mencari bantuan dana sebenarnya tugas pemerintah. ''Walaupun saat ini saya menjabat sebagai wagub, namun belum bisa melakukan apa yang telah dilakukan Ibu Anne.''
Missing link lain adalah, anggaran Rp 1,6 miliar untuk hydrocephalus dan penyakit lain masih sisa. Namun ternyata, masih banyak pasien hydrocephalus dan bibir sumbing yang belum tertangani. Salah satu pasien bibir sumbing parah (labio palato berat-Red) yang ditangani oleh wisma tersebut adalah Slamet Mulyati asal Grobogan. Gadis umur 19 tahun itu tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari pemkab setempat. Belum lama ini, ia diberikan fasilitas oleh wisma dan RS Panti Wiloso untuk dioperasi. Akibat penyakit yang dideritanya, bagian muka sebelah kanan dari mulut sampai hidung Mulyati berlubang. Mata kanannyapun tidak berfungsi dengan sempurna. Karena itu, ia tidak bisa berbicara normal. Artikulasinya tidak jelas dan bindeng. ''Bagaimana mungkin pemerintah daerah tidak mengetahui ada warganya yang seperti Mulyati,'' tandas Anne.
Ayah Mulyati, Sawiyo yang juga hadir pada acara itu mengatakan bahwa dari dulu belum ada staf dari pemkab yang memberikan perhatian pada anaknya. Mulyati baru mendapat perhatian ketika di bawa ke wisma tersebut dan diberitakan oleh Suara Merdeka. RS Panti Wilasa bersedia mengoperasinya secara cuma-cuma dan pengusaha Harjanto Halim bersedia menjadi orangtua asuhnya. Anne menambahkan, sampai saat ini pihaknya yang juga menggandeng RS St Elisabeth telah menangani 600an pasien. Tak hanya itu, beasiswa sekolah juga diberikan bagi mereka yang membutuhkan.
Rustri mengimbau agar komunikasi yang intensif antara rakyat dan pemerintah harus terus dijalin. Pasalnya, pasien-pasien yang akhirnya ditangani wisma tersebut, sebagai akibat kurangnya sosialisasi pemerintah. ''Pemprov memiliki peran strategis mendorong pemkab/kot untuk melakukan hal itu.'' Ia berharap kejanggalan lain di mana pemerintah pusat dalam hal ini Depkes menyediakan dana begitu besar untuk memberikan pelayanan kesehatan rakyatnya, namun masih banyak rakyat yang tidak dapat menikmati fasilitas tersebut, dapat ditangani. (H11-)

Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe