eeda journey

catatan reportase seorang jurnalis:
pendidikan,hukum,sosial politik, budaya

SEMARANG-Pelajaran Bahasa Inggris saat ini memang sudah diberikan sejak SD. Namun sayang, cara pengajarnnya tidak semuanya benar. ''Siswa SD disuruh menghapal kata-kata. Itu kan malah jadi beban. Harus disadari bahwa daya tangkap mereka masih terbatas.'' Hal itu diungkapkan Dr Aburrahman Faridi MPd usai melaksanakan ujian doktor di Gedung Program Pascasarjana (PPS) Unnes Bendan Ngisor (5/8). Ia juga menyayangkan masih banyaknya sekolah yang memakai guru yang tidak berlatarpendidikan Bahasa Inggris, namun ditugaskan mengajar pelajaran itu. Hanya 28% dari 200 guru Bahasa Inggis di 35 kab/kota se-Jateng yang berlatar belakang pendidikan Bahasa Inggris. Berdasarkan status mereka, 72,5%nya adalah guru kelas. Pengetahuan mereka tidak memadahi untuk mengembangkan meteri untuk disesuaikan dengan kurikulum dan kebutuhan murid. Hal itu menyebabkan pengajaran Bahasa Inggris di SD gagal

Padahal, sambung dia, SDM guru Bahasa Inggris banyak. Ia berharap dinas pendidikan memperhatikan hal itu. Kendati pelajaran Bahasa Inggris baru resmi diajarkan pada kelas 4, namun dosen Jurusan Bahasa Inggris FBS Unnes itu menjelaskan bahwa bukan berarti sebelum kelas 4, siswa tidak boleh diajarkan Bahasa Inggris.''Boleh-boleh saja asal tidak secara formal. Yang jelas, belajar Bahasa Inggris itu harus dengan cara yang menyenangkan. Misalnya sambil bermain. Mengajarkan membuat kalimat juga jangan panjang. cukup 4-6 kata per kalimat.''
Ia juga memaparkan tentang metode dalam pengajaran Bahasa Inggris yang menekankan pentingnya untuk mengakomodir aspek sosiokultural. Selama ini menurut dia, guru-guru berpegang pada buku penerbit luar/dalam negeri yang notabene hanya memfokuskan pada language learning dan tidak mengusung tujuan pengajaran Bahasa Inggris di SD, khususnya di Jateng.
Dicontohkannya, dalam budaya kita, tradisi sunat adalah hal yang biasa. Namun jika belajar Bahasa Inggris tanpa mengakomodir sosiokultural, tentunya si anak tak akan bisa menjelaskan tradisi itu dalam Bahasa Inggris. Materi-materi seperti itu dapat dijumpai dalam buku karya Abdurrahman yakni English for Elementary School in Central Java(with sociocultural views). Dia juga mengangkat dongeng tradisional ''Timun Mas'', ''Keong Emas'', dan lain-lain.
Lulusan S1 IKIP Semarang jurusan Pendidikan Bahasa Inggris 1988 itu mengungkapkan bahwa dalam mempelajari bahasa asing, seseorang juga harus mempelajari budayanya. Karena itulah dalam buku tersebut, ia juga menyelipkan beberapa cultural notes. Contohnya, dalam Bahasa Inggris untuk mengucapkan selamat siang adalah good afternoon, bukannya good noon. Sedangkan good night hanya digunakan pada saat akan berpisah di waktu malam. Adapun untuk mengucapkan selamat malam adalah good evening. Rektor Unnes Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi yang juga ikut menguji Abdurrachman mengungkapkannya dukungannya atas metode yang dikembangkan tersebut sebagai terobosan dalam pengajaran Bahasa Inggris di SD. (H11-)

Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe