eeda journey

catatan reportase seorang jurnalis:
pendidikan,hukum,sosial politik, budaya

6:18 PM

Cara Kerja Sains Mulai Menyerupai Kerja Seni

Posted by Eeda |

Ps: Buat Kang Gus, thx for ur help. I couldn't do it without u
SEMARANG- Sebuah karya seni, baik lukisan,seni rupa, musik tidak lagi berdiri sendiri. Terlebih di masa post-modern science seperti saat ini, cara kerja sains mulai menyerupai cara kerja seni. Bahkan dalam beberapa kasus, proses penemuan sains malah menggunakan proses kreatif seni. Penemuan teknologi parasut, pesawat terbang multi arah yang ternyata terilhami oleh cara kerja binatang tertentu. Riset yang dilakukan pekerja sains mirip dengan cara pencarian inspirasi dalam proses kerja kreatif .

Demikian sebaliknya, proses kreatif seni sangat bergantung pada kemajuan sains. '' Contohnya, bagaimana seni animasi dan virtual yang bergantung pada teknologi pencitraan (imagology) atau realitas virtual (virtual reality).'' Hal itu diungkapkan Amir Yasraf Piliang, PhD pada Seminar Internasional ''Mengkuhkan Seni dalam Perspektif Keilmuan'' di Dekanat FBS Unnes Sekaran (26/8).
Padarigma Artistik
Karenanya, lanjut pakar postmodernisme yang juga dosen Program Pascasarjana Seni dan Desain ITB, tak mengherankan bila banyak yang mengatakan bahwa pencarian dan penemuan sain di berbagai bidang mulai beralih ke paradigma artistik. Pasalnya, paradigma itu membiarkan pikiran bergerak dinamis sehingga menghasilkan kebaruan atau menemukan sesuatu yang baru. “Karenanya, peneguhan seni dalam perspektif keilmuan harus mulai membuka ruang kerja sama dengan berbagai disiplin ilmu, khususnya sains.''
Sementara itu, pakar seni tari asal California AS Frank Fosdhal lebih menekankan akan essence of art atau substansi seni bagi kehidupan. Menurutnya, peneguhan seni sebagai ilmu harus di lihat dari urgensi seni itu sendiri bagi kehidupan seseorang.
''Sebagaimana diketahui seni dalam kaca mata barat terpengaruh oleh paradigma iman Kristiani /Yahudi dan paradigma filsafat Yunani'' Sedangkan seni di Indonesia, khususnya Jawa, sambungnya, ada unsur filsafat Jawa kuno/Hindu dalam seni tari dan wayang. Gamelan unsur Jawa asli dan unsur keindahan dari Islam,'' ungkap peraih Magister Seni warga asing pertama dari ISI Yogyakarta itu .
Bagian Kehidupan
Unsur barat membawa pikiran seni sebagai knowledge atau ilmu pengetahuan. “Sedangkan seni bagi orang Indonesia merupakan bagian dari kehidupan.'' Misalnya, seni tari dalam masyarakat Jawa lebih menekankan akan kemampuan penguasaan emosional. Makin tinggi penguasaan emosional seseorang makin tinggi tingkat keilmuannya. Karenanya tarian tokoh Arjuna lebih tenang namun terus mengalir tanpa henti. Sementara raksasa Cakil lebih emosional dan bahkan menghunus keris lebih dahulu. ''Di sini letak filsafat ngelmu dalam seni di Indonesia. Cakil pasti akan terbunuh oleh Arjuna sebagaimana Kala merica yang emosional terbunuh oleh Rama.''
Karenanya, menurut dia, peneguhan seni dalam kajian keilmuan harus memandang nilai filosofi atau manfaat dari seni itu sendiri. ''Karena hal inilah yang dilakukan oleh para kyai dan seniman ketika mengajarkan falsah hidup pada masyarakat. Jadi yang terpenting adalah find away to make a living daripada find away to live”.
Adapun Sumartono dari ISI Yogyakarta mengungkapkan seni rupa dalam perspektif keilmuan. Menurut dia, perspektif keilmuan seni rupa ada 2 yakni informatif dan normatif. Adapun yang informatif adalah sejarah seni rupa dan estetika. Sedangkan yang normatif adalah fisika dan neurosains seni rupa. Pada kesempatan itu, ia menyinggung masalah ketidakstabilan definisi seni rupa yang terutama dinilainya mulai tampak pada abad 20. Dicontohkannya pada 1917, Marcel Duchamp yang menciptakan sebuah karya (bekas tempat kencing porselin yang diberi judul pancuran minum) yang dianggap para kritikus bukan seni rupa dan ditolak ikut pameran. ''Bagi orang masa itu, karya tersebut merupakan skandal definisi seni rupa. Namun terlihat bahwa karya itu mendahului zamannya.''
Sedangkan Prof Dr Tjetjep Rohendi , pengajar di Unnes dan UPSI Malaysia berpendapat sudah selayaknya setiap program/institusi pendidikan seni menyusun lembaga pendidikannya secara menyeluruh. Pasalnya pada waktu lampau, penyelenggaraan program lebih terorientasi pada S1. ''Perlu dipahami bahwa penyelenggaraan program S1 merupakan bagian dari penyelenggaraan pendidikan secara menyeluruh dalam 1 penjenjangan yang sudah dibakukan yakni S1, S2, dan S3.'' Dengan demikian, sambungnya, juga perlu disadari bahwa kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh lulusannya baik sifat maupun kualitasnya harus mencerminkan tingkatan kemampuan profesional akademik yang berjenjang dari yang dasar ke yang lebih tinggi. (H11,gus-)

Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe