eeda journey

catatan reportase seorang jurnalis:
pendidikan,hukum,sosial politik, budaya

SEMARANG-Tayangan televisi tidak selamanya memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam tayangan televisi seringkali ditemukan berbagai adegan, narasi atau cerita yang tidak disadari mampu mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis penonton televisi.
Salah satu kelompok penonton yang berpotensi terkena pengaruh negatif adalah anak-anak.

Berdasarkan hasil penelitian Guntarto (2004), anak-anak di Indonesia menghabiskan waktu sebanyak 35 jam seminggu menonton televisi. Dampaknya adalah anak-anak mengimitasi tayangan, adegan atau cerita yang mereka tonton. Padahal, tayangan tersebut tidak layak ditonton oleh anak-anak dan remaja. Hal itu diungkapkan Ketua Tim Pengabdian Masyarakat yang juga Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Undip Dr Turnomo Rahardjo MSi saat memberikan paparan tentang kegiatan pengabdian masyarakat berupa pendidikan media bagi anggota Dharma Wanita dan penggerak PKK Kec Banyumanik di Aula Kecamatan Banyumanik belum lama ini.
Kekerasan
Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh Yayasan Pengembangan Media Anak (2008), kata dia, dari 274 judul sinetron ditemukan muatan kekerasan psikologis (41,05%), kekerasan fisik (25,14%), dan kekerasan relasional (10,97%). Kekerasan psikologis berupa bentakan dan intimidasi yang menggunakan kata-kata dilakukan oleh pengisi acara teve/ bintang sinetron menjadi sebuah fenomena menarik yang perlu mendapatkan perhatian. Tayangan seperti itu dalam banyak penelitian, sambung dia, mengganggu kesehatan psikologis anak-anak, remaja bahkan dewasa. ''Menonton teve yang tidak diatur sedemikian rupa juga mampu menggangu kesehatan fisik seseorang. Televisi mengajarkan pada penonton untuk meniru dan kemudian menjadikan adegan yang diimitas sebagai sebuah permakluman.''
Padahal bila dicerna lebih lanjut, imbuhnya, tayangan tersebut mampu memberikan ancaman dan merugikan perkembangan karakter penonton dan juga kelompok masyarakat.
Pembatasan
Menyikapi fenomena tersebut alangkah baiknya kalau penonton televisi memiliki cara untuk menyikapi pengaruh kuat dari tayangan teve. Penonton/ audiens perlu melakukan perang terhadap televisi khususnya untuk melawan tayangan yang memiliki muatan kekerasan.
''Hal tersebut dapat dilakukan dengan membatasi tayangan-tayangan yang memiliki muatan kekerasan, mencipatakan ruang diskusi dengan anak tentang tayangan tersebut, melatih mereka untuk terbiasa menghadapi, dan menyelsaikan konflik dengan pendekatan nonkekerasan.''
Pada acara yang dimotori oleh segenap dosen jurusan Ilmu Komunikasi Undip itu, Turnomo menjelaskan bahwa kegiatan itu merupakan salah satu bentuk komitmen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Undip dalam menyikapi maraknya tayangan televisi yang semakin mengkhawatirkan karena mengandung banyaknya siaran kekerasan. Ke depan, ujarnya, kegiatan itu akan dilangsungkan secara rutin dengan sasaran yang berbeda-beda sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan media sehingga masyarakat nantinya akan memiliki kecerdasan untuk mengantisipasi tayangan yang tidak baik, dan memilih tayangan yang memiliki danpak positif.
Pada kegiatan tersebut, terjalin diskusi yang sangat interaktif di antara para peserta dengan tim dari Undip. Para peserta menyampaikan,
perlunya pemerintah untuk lebih mengoptimalkan peran lembaga Komisi Penyiaran Indonesia untuk secara aktif mengawasi acara teve yang tidak baik. Terutama yang menyangkut unsur kekerasan serta memberikan rekomendasi pada pemerintah untuk memberikan tindakan pada pengelola media yang tidak patuh pada ketentuan undang-undang tentang penyiaran. (H11-)

Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe