eeda journey

catatan reportase seorang jurnalis:
pendidikan,hukum,sosial politik, budaya

5:48 PM

Hilangkan Mental Rendah Diri

Posted by Eeda |

SEMARANG-Pascakolonial, yang masih menempel pada rakyat Indonesia adalah mental rendah diri yang tentu saja harus dihilangkan. Begitu juga sikap saling menyalahkan. ''Itulah sebenarnya dimanfaatkan oleh penjajah Belanda.'' Hal itu diungkapkan Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komarudin Hidayat saat menjadi pembicara pada Sarasehan Penguatan Nilai-Nilai Luhur Budaya Indonesia dalam Rangka Peningkatan Ahlak Mulia di Pendidikan Tinggi di Auditorium Kampus Unnes Sekaran Gunungpati (23/8).

Kampus, sambung dia, harus menghilangkan mental seperti itu. ''Kalau kita masih minder, suka marah, melawan terus, kapan bisa melakukan riset dan membangun institusi.''
Lantas apakah saat ini negara berada dalam titik nadir? Dengan tenang, Komarudin menjawab, kalaupun memang berada di titik nadir, anggap saja sebagai metamorfosa. Hal penting yang harus disadari bahwa masyarakat Indonesia ini mewarisi budaya hibrida. Artinya terdiri dari berbagai latar belakang suku, budaya, agama, dan sebagainya. Namun sayangnya, tandas dia, kita kurang cepat melingkari kultur budaya hibrida tersebut.
Pada acara yang dihadiri oleh civitas akademia Unnes dan perwakilan BEM beberapa perguruan tinggi itu, Komarudin juga menyinggung kurang diperkuatnya angkatan laut kita. Padahal, Indonesia adalah negara maritim/kepulauan. ''Tapi yang kuat di Indonesia malah angkatan daratnya. Kalau angkatan laut kita kuat, musuh nggak akan masuk. Pulau-pulau terpencil akan aman.''
Komarudin yakin, jika coastal culture dibangun, bidang pertanian, perikanan pasti akan maju. Pembenahan juga harus dilakukan pada high trust society dan akhlak. ''Tidak cukup hanya membina akhlak individu namun tidak struktural. Misalnya untuk kasus korupsi, ya harus diselesaikan secara horisontal, bukan dengan cara pergi umroh atau haji.''
Pada dialog yang dimoderatori oleh Dekan FE Unnes Drs Agus Wahyudin MSi, Sekretaris Jendral (Sekjen) Depdiknas RI Prof Dr Ir Dodi Nandika MS tidak memungkiri dalam perjalanan bangsa Indonesia, ada sisi gelap dan terang. Menurut dia, tugas akademisilah yang harus menyuarakan kebenaran (tell the truth) dan melakukan perubahan (change). ''Yang jelas, kita harus berani reach beyond the wall. Jangan cuma jago kampus. Misalnya, memberantas buta aksara, memecahkan masalah sampah dan lain sebagainya.''
Rektor Unnes Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi pada kesempatan itu mengungkapkan keprihatinannya terkait perkembangan dunia pendidikan. ''Kalau dulu, ketundungan anak pada orangtua sangat dipegang, kemudian bergeser pada guru, namun sekarang anak-anak tunduk sama televisi.'' Ditegaskannya, perlu ada good will dari penguasa untuk tetap berpegang pada komitmen. ''Kalau dilakukan sepotong-sepotong tanpa ada gerakan massa yang tersistem ya nantinya cuma
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dr Mudjib Rohmat menilai pentingnya dibuatkan blue print terkait pembinaan mahasiswa secara nasional. Dikatakannya, saat ini anggaran untuk pembinaan mahasiswa memang sedikit yakni Rp 30-40 miliar karena tidak ada direktur yang mengurusi hal itu. Karena itulah ia mendorong peningkatan pembinaan mahasiswa mumpung anggaran pendidikan dari APBN sudah dinaikkan. Terkait hal itu, sambung dia, peningkatan anggaran juga akan digunakan untuk peningkatan mutu guru dan perguruan tinggi, terutama PTS. Pasalnya jumlah PTS di Indonesia mencapai 2.700 sedangkan PTN 82. (H11-)

Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe