eeda journey

catatan reportase seorang jurnalis:
pendidikan,hukum,sosial politik, budaya

SEMARANG-Tidak seperti beberapa tahun lalu, saat ini Bahasa Inggris diajarkan juga di SD, mulai kelas 4. Namun sayang, selain para pengajar banyak yang tidak berlatar pendidikan Bahasa Inggris, materi yang diajarkanpun tidak berwawasan sosiokultural. Hal itu diungkapkan Dr Abdurrachman Faridi MPd saat menjalani ujian doktor di Gedung Program Pascasarjana (PPS) Unnes Bendan Ngisor (6/8). Abdurrachman yang juga dosen Jurusan Bahasa Inggris FBS Unnes itu membawakan disertasi yang berjudul ''A Model Development of Materials for Teaching English as a Local Content Subject at Elementary Schools in Central Java with Socialcultural Views.'


Menurut dia, banyak materi ajar yang digunakan guru tidak sesuai dengan kurikulum yang ada di Jateng. Mereka menggunakan materi yang diterbitkan dari luar negeri atau dalam negeri yang belum mengusung pada tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di SD, khususnya di Jateng. Di hadapan para penguji yakni Rektor Unnes Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi, Prof Dr Maman Rahman MSc, Prof Sunardi MSc Phd, Prof Dr Fathur Rokhman MHum, Prof Retmono MA PhD, Dr Suwandi MPd, Prof A Maryanto MA PhD, dan Prof Dr Jokonurkamto MPd, ayah 2 anak itu memaparkan penelitiannya dalam merancang pengembangan model materi ajar muatan lokal (mulok) Bahasa Inggris yang berwawasan sosiokultural.
Dikatakannya, materi ajar dalam pengembangannya harus memperhatikan kegiatan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Serta memasukkan unsur-unsur adat istiadat/kebiasaan setempat. Abdurrachman yang berhasil memeroleh nilai 86,6/A-(minus) dengan predikat sangat memuaskan, mengatakan bahwa ke depan, ia akan lebih mendalami dan memberikan kontribusi yang lebih pada pengajaran Bahasa Inggis di Jateng. (H11-)


Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe