eeda journey

catatan reportase seorang jurnalis:
pendidikan,hukum,sosial politik, budaya

SEMARANG-Pendidikan kejuruan dianggap memberikan kontribusi yang kecil pada jumlah pengangguran karena para lulusannya memiliki kompetensi tertentu, sesuai dengan pasar kerja, dan bisa menjadi wirausaha. Karena itulah Depdiknas pada 2009 mengeluarkan kebijakan yakni dengan meningkatkan rasio SMK dan SMA yakni 60:40.

Adapun pada 2015, rasio tersebut harus menjadi 70:30. Hal itu diungkapkan Kasi Penjamin Mutu Dinas Pendidikan Jateng Kartono pada Forum Komunikasi Wartawan dan LSM ''Kiat Sukses Menuju Provinsi Vokasi''
di Dinas Pendidikan Jateng Jl Pemuda (28/8). Ia menilai hal itu sangat strategis mengingat muara akhir dari pendidikan adalah menurunkan pengangguran dan kemiskinan. Kartono yang mewakili Kadinas Pendidikan Jateng Kunto Nugroho menilai tujuan Jateng untuk menjadi provinsi vokasi (kejuruan) sangat tepat mengingat Jateng lebih memiliki potensi dibandingkan provinsi lain. ''SMK rintisan Sekolah Berstandar Internasional (SBI) berjumlah 54, yang memiliki sertifikat ISO ada 72. SMK rintisan SBI di DKI hanya 6, Jabar 19, dan Jatim 26.''
Di Jateng, rasio jumlah SMK dan SMA saat ini adalah 52,78% (947): 47,32 % (864). Untuk jumlah siswa SMK dan SMA adalah 52,7% (420.192) : 47,36% (371.326). Mengenai tenaga guru, 81,07%nya (21.037) berpendidikan S1 dan S2.
SMK, tandasnya, juga menjadi difungsikan sebagai pusat science dan techno center serta pusat produksi dan pemasaran. Sebenarnya, sambung dia, banyak inovasi yang sudah dihasilkan SMK namun mungkin belum terekspose ke khalayak luas.
Link and Match
Pembicara lain GM Human Resources PT New Ratna Motor Nasmoco Semarang Agus Dwi Purwoko menjelaskan, pihaknya menerapkan sistem pendidikan ganda dalam rangka link and match dunia pendidikan dan industri. Anak yang akan magang di institusinya, kata dia, terlebih dahulu harus dites, seperti sistem rekrutmen umumnya. Diakuinya, masih ada beberapa faktor penghambat dari siswa saat magang di suatu perusahaan. ''Siswa harus punya soft skill. Beberapa masih ada yang daya juangnya belum baik, begitu juga willingness to learn, dan sebagainya. Perlu dibangun character building.''
Adapun anggota PWI Jateng Sosiawan mengungkapkan keheranannya jika media massa tidak mendukung Jateng sebagai provinsi vokasi. Diakuinya, isu pendidikan bagi sebagian media dianggap kurang ''seksi''. ''Kecuali misalnya, jika di suatu sekolah/dinas pendidikan terlibat dugaan korupsi atau bad news lain.'' Namun demikian pers sekarang harus menggunakan paradigma baru di mana good news is also a good news. Nyatanya, kata dia, berita mengenai para pelajar yang mampu memenangi olimpiade internasional mendapat perhatian yang besar. ''Ya tinggal bagaimana merumuskannya saja supaya hal yang biasa-biasa saja menjadi menarik. Mungkin disajikan dari sisi human interest atau psikologis.''
Kepala SMKN 7 Bunyamin yang memaparkan tentang peran SMK dalam mendukung Jateng sebagai Provinsi Vokasi mengungkapkan bahwa SMK sebagai lembaga diklat profesi (LDP) mampu menghasilkan tamatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja. Namun permasalahannya, kata dia, bagaimana SMK mampu menghasilkan tamatan yang dapat mendukung daya saing industri di pasar global? ''Kunci untuk memenangkan persaingan pada era globalisasi adalah meningkatkan kualitas, kompetensi, profesionalisme, dan membangun etos kerja.'' (H11-)

Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe